Bokep Terbaru :
PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork
Recent Movies

Cerita Dewasa - Nafsu Birahi Gadis-gadis Pecinta Alam

Namaku Son, mahasiswa semester III, tinggiku 168 cm dan berat 58 kg.

Kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung Lawu bersama teman-temanku. Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung Lawu. Aku sedang beristirahat sendirian dis***** Tadi malam aku bersama teman-temanku 5 orang sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.

Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara teman-temanku sudah pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk beristirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung Lawu *****


Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.

''Halo Mas?'' sapa salah satu cewek itu padaku.

Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang sinetron Bunga lestari.

''Halo juga'' jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.
''Loh, dari mana, kok berduaan aja?'' tanyaku coba berbasa-basi.
''Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar..'' jawab cewek itu sambil duduk di depanku.
''Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang'' lanjutnya kemudian.

Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.

''Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin?'' jawabku.

Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.

Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.

Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.

''Mas namanya siapa?'' tanya cewek yang berambut ********
''Namaku Adek sedangkan ini temenku Lina'' katanya lagi.
''Namaku Son'' jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
''Ada makanan gak, Mas? Adek laper banget nih..'' tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.
''Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih'' jawabku.

Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.

''Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?'' godaku pada Adek.
''Tolong deh Mas.. Adek capek banget" "Nanti gantian deh..'' rayu Adek padaku.
''Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?'' godaku lebih lanjut.
''Maunya tuh.. tapi bereslah..'' jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.

Kuperhatikan Lina, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ***** Adek berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Lina sakit, sehingga Adek menemani Lina mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.

Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Adek protes kok tidak ada piringnya.

''Emangnya ini di warung'' kataku cuek sambil tersenyum kearah Lina.

Lina hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.

''kamu sakit ya Lin?" tanyaku.
''Nggak Mas hanya kedinginan'' katanya pelan.
''Butuh kehangatan tuh Mas Son'' potong Adek sekenanya.

Wah kaget juga aku mendengar celoteh Adek yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.

''Masih pada kuat jalan nggak?'' tanyaku pada 2 orang cewek *****
''Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan'' lanjutku.

Baru saja selesai aku bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.

''Duer!!''

Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan.

''Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang'' kataku sambil mematikan kompor parafinku.
''Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!'' perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.

Aku, Adek, dan Lina segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ***** Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.

Adek dan Lina duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.

''Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali'' saranku pada Lina yang mulai menggigil kedinginan.
''Tapi copot sepatunya'' lanjutku kemudian.

Lina diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Adek dan Lina tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,

''Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya'' ucapku pada Adek dan Lina.
''Mas Son gak kedinginan..'' tanya Lina tiba-tiba.
''Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini?'' jawabku apa adanya.
''Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil'' kataku mencoba bercanda.
''Ya Mas Son sini to, kita berpelukan bertiga'' kata Adek pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.

''Waduh, gak salah denger nih?'' pikirku.

Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.

''Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat'' kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.

Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Lina atau Adek karena keadaannya yang remang-remang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Adek di sebelah kiri dan Lina disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Adek dan Lina bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.

''Badan Mas Son hangat ya Lin?'' kata Adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Adek lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.
''Iya tadi Lin takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Son, Lin jadi nggak takut lagi'' jawab Lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.

Samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Adek entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.

''Ehm..'' aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.

Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
Iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Adek mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Adek.

''Ehm..'' Adek ternyata hanya berdehem pelan.

Akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Adek hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening Adek, sementara tanganku terus meremas-remas susunya dengan tempo agak cepat.

''Aah.. Mas Son'' suara Adek terdengar lirih.
''Ada apa Dek?'' tanyaku pelan melihat Lina sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan.
''Kamu masih kedinginan ya?'' kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.

Sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Adek hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.

''Ah.. Mas Son..'' katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Lina yang kebingungan.

Saat kupermainkan puting susunya, tiba-tiba Adek bangkit.

''Mas Son, Adek ma.. masih kedinginan'' kata Adek dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.

Kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Adek mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Adek sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek ******ku naik dan turun. Tanpa sadar akupun membalas ciuman Adek, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Adek mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.

''Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss'' ucapku dalam hati.

Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak Lina.

''Mas sakit Mas pundak Lina'' kata Lina tiba-tiba yang menghentikan aktivitasku dengan Adek.
''Oh maaf Lin" jawabku dengan terkejut.

Kuperhatikan ekspresi Lina yang bengong melihatku dengan Adek. Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Adek tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Lina, seakan menganggap Lina tidak ada. Adek terus menciumi telinga dan leherku.

''Mas Son, Adek jadi pengen.. Adek jadi BT, birahi tinggi'' kata Adek lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap ******ku yang masih tertutup rapat oleh celana jeansku.

''Waduh.. bagaimana ini'' pikirku dalam hati.

Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Lina yang kaku melihat polah tingkah Adek yang terus mencumbuku. Lina pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata lagi, Adek yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.

Aku yakin walau suasananya remang-remang, Lina pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Adek yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremas-remas susu Adek, sekarang jelas terpampang di depan mata Lina. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Adek dan kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi adek diatas tubuhku. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.

''Ah.. ah.. Mas Son..'' gumam Adek lirih.
''Enak Mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah.." lanjutnya.

Aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Adek yang sejajar dengan ******ku. Kuremas pantat Adek sambil menggesek-gesekan ******ku pada daerah kemaluan Adek yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Adek, bahkan kugigit kecil puting mancung itu yang membuat Adek melenguh panjang.

''Aaahh.. sshh..''

Aksiku ternyata membuat Adek blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya Adek mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan tadi.

Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Adek segera menghisap putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat ******ku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Lina di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.

Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku mengelus paha Lina sambil berusaha meraih tangan Lina. Lina hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Adek yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.

''Aah.. Dek, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li..'' ujarku dengan nafas tersengal.

Tanpa sadar aku sudah meremas tangan Lina dan Linapun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Adek seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku saat itu, keperhatikan tingkah Adek sambil tanganku tetap memegang tangan Lina.

Saat resleting celanaku sudah terbuka, Adek meraih ******ku yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga. Tanpa banyak kata, Adek hanya memperhatikan sebentar ******ku kemudian mencium dan menjilat permukaan ******ku.

''Aah..'' aku hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Adek mulai mengulum ******ku dan mengisapnya.
''Aargh .. Dek, enak sekali Dek" erangku.

''Gila nih anak, baru SMA sudah selihai ini, aku tak habis pikir'' gumamku dalam hati.

Saat Adek masih asik berkaraoke dengan ******ku, kulihat sekilas ke Lina, ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Lina sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku.

''Lin, aku ingin cium bibir kamu'' bisikku perlahan di telinga Lina.

Saat itu Lina diam saja sambil tetap menatapku. Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Lina yang mungil itu.

''Eemh ..'' suara yang terdengar dari mulut Lina.

Tak ada perlawanan yang berarti dari Lina, Lina diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat ******ku terus dipermainkan oleh Adek sementara konsentrasiku terarah pada Lina yang pasrah. Segera saja aku menciumi dada Lina yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan Lina.

''Aah.. ah..'' Lina mulai bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.
''Ya diajari tuh Lina, Mas Son.. sudah gede tapi belum bisa bercinta'' kata Adek tiba-tiba.

Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Adek tenyata dia sudah tidak menghisap ******ku lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.

''Adek masukkin ya Mas'' kata Adek pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan ******ku ke lubang kawinnya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut keriting.

Pelan tapi pasti Adek membimbing ******ku untuk masuk penuh ke dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari ******ku ke seluruh tubuhku. Tempik Adek yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan ******ku masuk ke dalamnya.

''Ah.. burung Mas Son gede.. terasa penuh di tempik Adek" katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.
''Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Son" kata Adek parau sambil mencumbu dadaku lagi.

Aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan Adek dan mendekatkan teteknya ke mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Adek.

''Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas" erang Adek memelas.

Kujilati terus dan mengisap puting Adek bergantian kiri dan kanan, sementara Adek menerima perlakuanku seperti kesetanan.

''Ayo Mas.. Son.. terus.. ayo .. teruuss.. Adek mau dapet ni..'' katanya bernafsu.

Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Adek mencium dan mengulum bibirku.

''Eeemhp.. aaah..''

Dan kemudian Adek terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Adek tanpa perlawanan lagi.

''Aaa.. berhenti dulu Mas Son, istirahat sebentar, Adek sudah dapat Mas Son'' kata Adek lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan ******ku masih di dalam liang senggamanyanya.

Kurasakan detak jantung Adek yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai leherku.

''Makasih ya Mas Son, enak sekali rasanya'' kata Adek pelan.

Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Lina yang saat itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik Lina mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan teteknya kemulutku.

''Aah .. Mas Son..'' kata Lina pelan saat tetek kanannya kuhisap.

Saat itu Adek bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya dari ******ku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremas-remas tetek Lina sambil mengulum bibir Lina yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini Lina mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.

Kubimbing tangan Lina untuk memegang ******ku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari tempik Adek. Semula seakan ragu, tapi kini Lina mengenggam erat ******ku dan seperti sudah alami Lina mengocok ******ku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya.

''Aah .. Mas Son.. geli ..'' hanya itu komentar dari bibir Lina yang seksi itu.

Perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada Lina, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil susu Lina yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.

''Aargh.. aah ..'' Lina mulai menggelinjang.

Lina diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeansnya. Kuperhatikan Lina masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat ******ku, dan tangan kirinya menekan-nekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam Lina waktu kancing celana jeans Lina sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas tempiknya. Kuelus-elus sebentar permukaan liang kawinnya, lalu jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan tempiknya yang sudah basah oleh lendir kawinnya.

''Ah.. Mas.. Son .. aah'' suara Lina semakin terdengar parau.

Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Lina dan menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Lina dan segera menciumi permukaan tempik Lina yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang jarang-jarang.

''Ah.. jangan Mas Son .. ah..'' kata Lina mendesis.

Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Lina sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan Lina akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.

''Aah .. argh ..'' desis Lina pelan.

Posisiku saat itu dengan Lina seperti posisi 69, walau Lina tidak mengoral ******ku aku tidak peduli tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.

''Aah.. Mas .. truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah ..'' teriak Lina tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan ******ku terasa sakit digenggam erat oleh Lina.
''Aaah.. Mas ..'' teriakan terakhir Lina bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya kedalam mulutku.

Rupanya Lina sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.

''Aah.. enak sekali.. Mas Son .. sudah ya Mas Son..'' kata Lina pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.

Akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kaki-kaki mereka.
Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan ******ku sudah ada yang memegang lagi.

''Mas main sama Adek lagi ya? Adek jadi nafsu ngeliat Mas Son main sama Lina" kata Adek tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang ******ku.

Aku tak sempat menjawab karena Adek sudah mengulum ******ku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan Lina. Posisiku dengan Adek kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Adek dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalamnya.

''Eeemph .. emmph ..'' Adek tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan ******ku.

Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan Adek yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya ******ku bisa muntah-muntah di dalam mulut Adek. Aku bimbing agar Adek berbaring di samping Lina sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya dengan menggesek-gesekan ******ku ke permukaan tempiknya yang dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Adek seperti mengerti, kemudian membimbing ******ku untuk masuk ke dalam lubang kawinnya. Akupun bangkit sambil mengarahkan ******ku siap untuk menghujam lubang senggama Adek. Pelan tapi pasti kumasukan ******ku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.

''Aaah .. Mas Son ..'' desis Adek sambil menggoyang pantatnya.

Kurasakan seret sekali tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari ******ku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.

''Mas yang keras dong goyangnya.. terasa sekali mentok'' kata Adek sambil melingkarkan tangannya ke leherku.

Akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ***** Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.

''Aah.. ah.. terus Mas .. terusss.. ah.. ah ..'' lanjutnya keenakan.

Mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang Adek, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting Adek sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan ******ku telah diimbangi goyangan Adek yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apa-apanya.

''Ma.. Mas .. Adek mau dapet laggii.. bareeng yaa.. ah.. ah.." desis Adek histeris.

Aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Adek yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Adek.

''Aaarg ..'' erangnya keras.

Adek mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Adek telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera mencabut ******ku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke perut Adek.

''Crut.. crut..''

Pejuku keluar banyak membasahi perut Adek dan mengenai teteknya.

''Aaah..'' akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.

Adek mengusap-usap pejuku di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Lina mendekat dan melihat aksi Adek, kemudian membantu membersihkan pejuku.

''Baunya seperti santan ya?'' komentar Lina sambil mencium tisunya yang penuh dengan pejuku.
''Ya udah. Semua dibereskan dulu'' kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku *****
''Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya'' lanjutku kemudian.

Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi seperti *****

Cerita panas - Inisiasi

Weekend segera datang. Sudah jam 16:00, dan kantor sudah sepi dari nasabah. Setelah merapikan logbook dan membuat weekly sumary, maka kantor bisa ditutup. Walau tak ada rencana untuk dating tapi rasa senang selalu datang diakhir minggu. Sejenak bisa terbebas dari penat pekerjaan.

“Aku pulang duluan ya, Tik.” suara Mbak Nur di depan pintu.
“Iya, Mbak. Saya masih tanggung nih”. aku menjawab pamitnya dengan aku tambah senyum.

Tinggal aku dan Pak Ipin, security Bank, di kantor ***** Sebenarnya dia bernama Arifin. Baru belakangan sejak trend film animasi dari negeri jiran itu, lalu dia dipanggil Ipin. Pak Ipin orangnya baik dan ramah, standar scurity Bank lah. Entah bagaimana shiftnya diatur, tapi setiap akhir minggu dia selalu piket sampai malem. Mungkin juga karena partnernya masih bujangan, jadi mereka saling pengertian.

“huft... beres juga akhirnya”. Gumamku sambil menghela nafas lega dan tersenyum puas.

Pekerjaan sudah selesai, dan waktu memanjakan diri telah datang. Aku segera merapikan alat tulis di meja costemer service. Memasukkan alat tulis dan tupperwere tempat minumku ke dalam tas.

“Sedah selesai, Neng Tika? Mau pulang sekarang?” tanya Pak Ipin.
“Sudah. Ya pasti saya langsung pulang lah , Pak. Lagian Boss juga sudah pulang dari tadi. Hehehe...” aku jawab dengan ceria.
“Mau pulang ke Banjarnegara sekalian?”
“Ah, enggak deh kayaknya. Kan baru minggu kemaren aku pulang kampung. Paling cuma di Mess aja. Pak Ipin piket lagi?” lanjutku.
“Iya, Neng. Biar si Ujang bisa ngapel. Ya saya kan juga pernah seumuran Ujang. Tau rasanya perjuangan buat pacar. Hehehe..” jawab Pak Ipin sambil tertawa lepas.
“Hemm... gitu ya. Ya udah aku pulang ke mess dulu ya Pak. Aku udah siapin kopi dan mie instant di locker untuk piket malam nanti dan besok.”
“Iya, Neng. Terimakasih.”

Aku lalu keluar kantorku yang merupakan Koperasi Simpan Pinjam. Sebenernya dulu bernama BPR tapi karena masalah perijinan dan peraturan baru, akhirnya menjadi KSP. Koperasi tempatku bekerja ini bukanlah koperasi kecil. Di kota ini sudah punya cabang hampir di setiap pasar. Perputaran uangnya juga cepat. Karyawan seperti aku yang baru 2 tahun bekerja saja, sebulan bisa mendapat upah 5juta, take home pay.

Aku adalah gadis yang baru berusaha merintis karir. Baru dua tahun lalu aku lulus dari bangku kuliah. Sebelum wisuda, kebetulan ada recruitment di kampus dari koperasi. Setelah aku dinyatakan diterima, otomatis setelah wisuda aku langsung bekerja dengan status probation sampai tiga bulan. Jadi aku tidak sempat menganggur menunggu panggilan kerja seperti beberapa temanku. Di koperasi ini aku ditempatkan di kantor induk. Dengan posisiku sebagai verificator, aku mendapat fasilitas mess yang letaknya di belakang kantor persis, hanya terpisah pagar setinggi dua meter.

Sebenarnya aku tidak sendirian dari kampus dulu. Aku senasib dengan Rina, sahabatku. Kami satu kelas. Bersama mengikuti recruitment, dan sama-sama diterima. Bedanya, Rina sekarang ditempatkan di unit pasar induk, sedangkan aku di kantor pusat. Kami bersahabat sejak awal kuliah. Bahkan selama 4 tahun kami tinggal satu kos dan sekarang tinggal satu mess. Rina adalah gadis yang menarik dan supel. Dia pandai bergaul dan ramah. Sudah tentu banyak cowok yang mencoba mendekatinya. Namun demikian, dia setia dengan pacarnya.

“Ah, tenyata hujan belum reda.” aku menggerutu sambil berjalan di teras kantor.

Aku buka tas, dan ku ambil patung lipat yang selalu aku bawa sejak musim hujan ini datang. Aku berjalan keluar halaman dan berbelok ke gang disebelah kantor menuju ke mess. Setelah tiba di mess, aku lihat Toyota Hardtop hijau terparkir.

“Pasti Dony lagi ngapelin Rina.” batinku.

“Baru pulang,Tik?” Mas Dony duluan menyapaku.
“Iya, Mas. Kok di teras sendirian? Rina mana?”
“Eum.. maksudku mau memberi kejutan, tapi ternyata Rina belum pulang. Hpnya aku hubungi juga tidak aktif.”
“Oh.. ayo masuk dulu. Tungguin di dalam aja.” Aku berjabat tangan dengan Mas Dony dan membukakan pintu mess.

Mas Dony adalah karyawan tambang. Dia kerja di pengeboran minyak lepas pantai. Biasanya trip kerjanya dua minggu kerja, dan dua minggu off duty. Rina sudah berpacaran dengannya sekitar tiga tahun. Pernah putus sebentar, tapi nyambung lagi sampai sekarang. Kadang mereka pacaran di mess. Bahkan Mas Dony pernah dua kali tidur di mess. Mereka tidur di kamar Rina, sampai aku dengar suara-suara mesra. Yah, mereka sudah dewasa, biarlah.

“Silahkan duduk, Mas. Aku buatin minum dulu.”
“Iya. Nggak usah repot-repot, Tik.”
“Ah, nggak repot kok. Aku bawa jahe wangi dari kampung kemarin. Lumayan untuk mengusir dingin Mas. Lagian Mas Dony dari tadi menunggu di teras pas hujan g*****” Jawabku sambil berlalu ke kamar dan kemudian menuju dapur.

Sedikit aku lirik ke ruang tamu, Mas Dony terlihat sibuk memainkan Hpnya. Wajahnya tampak serius. Entah apa yang sedang ditulis dengan keypadnya itu.

“Silahkan diminum Mas. Wedang jahe wangi dengan gula merah, buatan Tika” selorohku sok ramah.
“Wah, terimakasih ya Tik. Berasa di kampung nih. Dulu kalo gantiin Bapak ronda, selalu ditemani minuman *****” Jawab Mas Dony sambil menyeruput minuman buatanku.

“Rina udah coba ditelpon lagi, Mas?” aku mencoba memastikan.
“Hmm.. barusan Rina bales SMS ku yang tadi. Katanya dia ga pulang ke sini, lagi di tempat Budhenya. Lagi ada pertemuan keluarga besar, penting katanya.” Jawab Mas Dony dengan raut muka kecewa.
“Kok Rina ga kasih tau aku ya, Mas?
“Kamu yakin? Tadi di SMSnya dia bilang udah kasih tau kamu. Coba deh dicek dulu HPmu.”
“emm, mungkin juga Mas. Masalahnya dari siang HP ku aku taroh di tas, dan belom aku buka. Maklum, akhir minggu kantor selalu sibuk.” Jawabku dengan sedikit malu.

Kami lalu ngobrol panjang. Sengaja aku cegah Mas Dony ketika mau pamit. Sekalian nunggu hujan reda saranku. Aku dengar cerita tentang kisah cinta mereka sejak awalnya. Hampir sama dengan yang sering diungkapkan Rina saat curhat denganku. Masing-Masing mempunyai subjektifitas, pikirku. Kami juga melihat album foto masa-masa kuliahku dulu. Banyak foto narsis aku dan Tika, yang membuat kami tak henti tertawa lepas.

Sejak melihat foto-foto itu kami jadi duduk bersebelahan, bahkan rapat. Bahu kami saling menempel. Demikian juga dengan kaki kami. Entah sekedar terbawa suasana atau apa, aku nggak tau, tapi aku merasa nyaman sekali sore ini di dekat Mas Dony. Tiba-tiba, aku rasakan lengan kiri Mas Dony sudah melingkar di pundakku, dan akupun menyandarkan kepalaku ke bahu Mas Dony. Nyaman sekali rasanya.

Sesaat setelah itu, entah siapa yang menggerakkan tanganku, tida-tiba tangan kananku membelai pipi Mas Dony dari depan badannya. Aku Masih asik menatap foto-foto di album itu. Kemudian aku rasakan kecupan hangat di keningku. Jantungku berdegup kencang sekali. Badanku menjadi lemas. Baru sekali ini aku dicium laki-laki. Aku memang tidak pernah pacaran, karena ajaran dari orang tua yang aku pegang teguh. Aku tidak tahu harus berbuat apa.

Mataku terpejam dan wajahku masih menunduk. Aku takut mengangkat mukaku, tapi tanpa sadar tangan kananku menyusup kebelakang tubuh Mas Dony dan kemudian melingkar erat di pinggangnya. Lalu tangan kanan Mas Dony mengangkat daguku. Membuat kami saling bertatapan dengan jarak kurang dari lima centi. Aku tak mampu menatap, mataku sayu kemudian tertutup. Dadaku belum reda bergemuruh, tiba-tiba aku rasakan kecupan hangat mendarat di bibirku.

“Hmm.” Hanya itu yang terdengan dari mulutku.

Mas Dony melumat bibirku, dan aku semakin tidak tahu harus bagaimana. Seluruh badanku semakin lemas, tapi tanganku semakin erat merengkuh tubuh Mas Dony. Nafasku memburu, dan tiba-tiba Mas Dony melepas ciumannya.

“Tika, kamu cantik Sayang.” Pelan suara Mas Dony.

Aku hanya bisa menatap sayu dengan nafas yang tidak teratur. Lalu aku pejamkan mataku lagi dan memajukan bibirku, ketika wajah Mas Dony mendekat. Aku sekarang membalas ciumannya. Kami saling berpagutan. Lidah Mas Dony menyusup ke mulutku. Menyentuh langit-langit mulut dan seolah ingin mengaitkannya dengan lidahku.

“Emph..hmm..” semakin sering suara itu keluar dari mulutku bersama dengan nafasku yang semakin berat.

Mas Dony mengendorkan pelukannya dan menurunkan letak tangannya. Dia mulai membelai punggunggu sambil terus menghisap-hisap lidah dan bibirku. Setelah sampai pinggang, tangannya naik lagi, tapi melalui bagian depan badanku. Kemudian tangan yang kekar itu sampai di dadaku. Mengusap lembut, dan menyingkap blazer seragamku. Aku semakin tak kuasa dihujani rangsangan bertubi-tubi, yang belum pernah aku rasakan sekalipun.

Ciuman Mas Dony mulai turun ke leher putihku yang jenjang, dan tangannya mulai meremas buah dadaku dari luar baju. Aku menggelinjang nikmat. Tangan Mas Dony semakin kuat meremas seolah gemas, karena tak cukup jemarinya menjangkau seluruh buah dadaku yang sekal. Aku hanya bisa mendesah dan memeluk erat.

Sesaat kemudian, tangan Mas Dony menyusup kedalam bajuku dan tangsung meraih buah dadaku dibalik penopangnya. Putingku dipilin-pilin. Aku semakin marasa nikmat. Aku balas mengecup lehernya. Kemudian berbisik.

“Aku sayang kamu, Mas.”

Mas Dony melepaskan ciumannya yang sudah sampai di telingaku, lalu kembali melumat bibirku. Aku semakin lupa daratan. Tangan Mas Dony meninggalkan dadaku, dan turun ke lututku sambil menyingkap rok span biru seragamku. Seluruh tubuhku merinding, ketika tangan itu membelai lembut pahaku.

Aku langsung melepas pelukanku dan mencoba bergeser melepas pelukan Mas Dony juga.

“Kenapa Tik.” Mas Dony bertanya dengan kaget.

Aku tudak menjawab. Hanya meraih tangannya dan menuntunnya ke kamar. Aku berbalik untuk mengunci pintu kamarku, lalu tangan Mas Dony langsung melingkar ditubuhku dari belakang. Diraihnya buah dadaku. Aku tersentak ke belakang dan bibirku langsung bertemu dengan bibirnya. Sambil berciuman, Mas Dony menyeretku sampai kita rebah di ranjang. Kita berciuman sampai berguling-guling saling tindih.

Seragamku satu-persatu mulai lepas dari tubuhku, demikian juga dengan pakaian Mas Dony. Baru pertama kali ini aku telanjang di depan orang lain, dan melihat orang lain telanjang. Penis yang pertama kali aku lihat, sangat besar bagiku. Aku hanya pernah melihat gambar saat pelajaran biologi di kelas 3 SMA. Panjang penis Mas Dony aku taksir sekitar 19cm dan diameter 3cm. Merinding aku melihatnya.

Setiap inchi tubuhku tak luput dari ciumannya. Kepalaku tertoleh ke kiri dan kanan sambil menggeliat nikmat. Sampai ketika bibir Mas Dony menyibakkan bulu kemaluanku dan mencium memek ku yang kulihat warnanya lebih merah dari biasanya. Ternyata memekku sangat basah. Aku hanya bisa melihat sesaat lalu terpejam kembali, hanyut dalam kenikmatan. Tubuhku serasa disengat listrik ketika lidah Mas Dony menjilat klitorisku. Aku semakin mendesah nikmat.

“Ach,,,ah,,,, Mas....”

Baru sekitar lima menit Mas Dony menjilati klotorisku sambil tangannya memainkan putingku, aku merasakan getaran hebat. Luar biasa nikmatnya. Aku berteriak semakin keras, dan pahaku menjepit kepala Mas Dony. Tanganku menggapai-gapai tepian ranjang.

“Ach..ah...Mas... Aku.. cinta.. kamu, Mas... Aaahh...” aku berteriak keras ketika getaran kenikmatan itu memuncak dan kemudian mereda.

Mas Dony Masih asik menjilati cairan yang keluar dari memeku sampai bersih. Aku merasa geli, sampai aku dorong kepala Mas Dony menjauh dari memekku. Mas Dony tak berhenti. Kini dia memelukku dan mengecup mesra bibirku. Membuatku kembali terlena, menikmati sisa-sia puncak kenikmatan yang baru saja diberikan Mas Dony.

Mas Dony melepas kecupannya dan bertanya,
“Gimana rasanya Sayang?”
“ehm.. nikmat banget Mas. Baru kali ini aku merasakan seperti ***** Terimakasih ya Mas”

Kami kembali berciuman sebentar.

“Tika tadi bilang cinta sama aku ya?” tanya Mas Dony membuatku tersipu.
Aku tak mampu menjawab.
“Kalau Tika memang cinta dengan aku, mau dong bikin aku merasakan nimat seperti Tika” lanjutnya.

Aku baru sadar, penis Mas Dony Masih mengganjal keras di perutku.
“Aku belum pernah melakukannya, Mas.” Jawabku dengan bingung.
Mas Dony tersenyum.
“Tika, Masih pingin jaga keperawanan ya?” tanya Mas Dony lagi dengan tetap tersenyum penuh pengertian.
Aku kembali tak bisa berkata-kata, diantara nafsu dan keperawananku.
“Kita tidak harus intercourse kok.” Lanjut Mas Dony.
“Tika mesti gimana, Mas?” akhirnya aku berani bersuara.
“Mainin aja penisku. Tika mau kan?” Mas Dony menegaskan.
“emm.. Kalau Mas Dony pingin keperawanan Tika, Tika rela kok.” Aku tak tahan melihat Mas Dony seperti itu.

Setelah menghela nafas panjang, Mas Dony merebahkan tubuhnya kesamping dan menuntun tanganku ke penisnya.

“Nggak apa-apa Tika. Mas juga sayang Tika kok.”

Aku kemudian memainkan tanganku di penis Mas Dony yang besar dan panjang itu. Tentunya dengan bimbingan Mas Dony. Dimintanya aku meludahi penisnya, dan memang gerakan tanganku menjadi lebih lancar. Mas Dony mulai mengerang nikmat dan menarik tubuhku sampai kami berciuman lagi dengan penuh nafsu.

“Aahh... tanganmu lembut banget, Sanyang.” Bisik Mas Dony sambil meremasi buah dadaku.
Lalu tangan Mas Dony meluncur ke selangkangku, dan kembali mengusap-usap memekku. Aku kembali merasakan memekku basah ketika jari tengah Mas Dony memainkan klitorisku.

“Aaaah... nikmat Mas.”
“Iya.. Sayang... Mas juga nikmat.”
Hanya sekitar 15 menit aku kembali merasakan getaran hebat dalam tubuhku.

“Mas,,,, Tika... hampir... aaaahh..” aku tak mampu menahan desakan getaran dalam tubuhku. Aku mengejang lagi, dan kembali samapi di puncak kenikmatan.

“Tika,,,, Tika,,,,” erangan Mas Dony semakin keras, karena dengan tak sadar kocokanku pada penisnya juga semakin kencang bersamaan orgasmeku tadi.

“Aaaah...” teriakan pamungkas Mas Dony dibarengi muncratnya cairan putih dari lubang penisnya. Cairan kental itu menyembur sampai ke buah dada dan perutku.

Mas Dony kemudian berusaha melepaskan genggamanku dari penisnya yang beringsut melemas.

“Terimakasih ya Sayang”
“Terimakasih juga, Mas. Aku sampe muncak lagi”

Kemudian kami berciuman, dan berpelukan dengan penuh kehangatan. Aku bersihkan tubuhku dari sperma Mas Dony dengan sprei yang sudah acak-acakan. Sekali lagi Mas Dony mengecupku sambil bangkit menuju kamar mandi.

Sore itu, menjadi pengalaman pertamaku dalam cinta. Mas Dony sebenarnya berniat untuk tidur di mess, namun karena sudah melihat dua kali Pak Ipin keliling memeriksa keamanan, maka diurungkan niatnya. Mas Dony pamit setelah makan nasi goreng buatanku. Kami sempatkan lagi berciuman sambil berpelukan erat di pintu mess sebelum Mas Dony pergi.

Cerita Dewasa - Cinta Lama Bersemi Kembali

Cerita Dewasa - Hari Sabtu, 6 Februari 2010, gw bener-bener bete, gimana ngga. Hari itu gw harus ketemu klien yang minta ditemui jam 18:00. Padahal ini kan malam minggu dan gw udah punya rencana ama bini mau bikin acara sedikit spesial memperingati 5 tahun pernikahan kami. Mulai dari makan malam diluar sampe kegiatan di atas ranjang udah gw persiapkan semua. Eh.....pas jam makan siang klien gw, Pak Amir minta pengunduran waktu pertemuan dengan gw yang awalnya jam 15:00 menjadi jam 18:00. Sial......gitu umpat gw dalam hati. Gw telpon bini, kasih tau kalo acara spesial bakal gagal karena gw harus ketemu klien tentu saja bini kecewa berat. Yah harus gimana lagi.......klien adalah raja.  Jam menunjukkan tepat 17:50 saat gw melintas dijalan Gubeng, depan RS Siloam Budi Mulia, pikiran gw suntuk, acara gagal....tiba-tiba HP berbunyi, gw lihat dilayar, tertulis Amir.....ada apa lagi nih orang, gumam gw dalam hati. Langsung gw angkat tuh HP, ternyata Pak Amir membatalkan janji pertemuan, dia bilang ada hal mendadak dan dia harus membatalkan janji dengan gw. Huh, sialan tuh orang........ngerjain gw banget sih, rese........  Tapi, setelah g
w pikir-pikir, mungkin ada baiknya pertemuan ini batal, gw bisa telpon bini dan bilang kalo acara spesial kami bisa dilaksanakan meski agak molor. Langsung gw pencet speed dial HP gw, nada sambung terdengar, tapi setelah bebrapa saat, terputus karena bini gak menjawab telpon gw. Udah gw coba 3x, tapi hasilnya sama. Beberapa saat kemudian bini telpon, trus gw bilang kalo acara mungkin bisa dilanjut, tapi ternyata bini ngga dirumah, setengah jam yang lalu bini dapet telepon dari Om-nya kalo tante Diana (tante bini gw) masuk rumah sakit. Dan bini gw adalah keponakan kesayangan tante Diana. Semenjak masuk rumah sakit, tante terus memanggil-manggil bini gw, jadi bini gw ngga tega dan segera meluncur ke rumah sakit tempat tante Diana dirawat. Hah........apes dah.  Jengkel dan dongkol tapi juga maklum bercampur jadi satu, gak terasa konsentrasi gw bawa mobil mulai terbagi, antara bete dan bingung, mau ngapain ya, malam minggu begini? Masuk jalur padat jalan raya Urip Sumoharjo trus lanjut ke pertigaan bekas hotel olympic , mata gw bener-bener gak ngelihat ada seseorang yang tiba-tiba nyeberang dan bruk.....tuh orang jatuh keserempet mobil gw dan gw baru sadar setelah suara bruk terdengar karena kejadian itu begitu cepat terjadi. Gw turun dari mobil dan segera melihat orang yang gw tabrak, eh ternyata seorang cewek meringis-ringis, lututnya berdarah dan tangannya lecet. Kontan orang-orang disekitar kejadian ngerubutinmobil gw, termasuk gw dan tuh cewek.  Sebelum ada p***si datang, gw coba bertindak, menawarkan bantuan untuk membawanya ke rumah sakit. Intinya gw ajak tuh cewek menyelesaikan masalah ini secara damai. Gw bilang, semua biaya pengobatan bakal gw tanggung, dan tuh cw mengangguk. Sambil dibantu beberapa orang, gw angkat tuh cw ke mobil, dan gw langsung tancap ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit dan mendapatkan perawatan, gw nawarin tuh cewek nganter ke rumahnya. Dia-pun setuju. Rumahnya didaerah Dukuh Kupang.   Selama diperjalanan, kami berbincang dan berkenalan. Namanya Dewi, masih sekolah di salah satu SMK Negeri favorit, kelas 3. Diantara ceritanya tadi, gw sempet kaget dengan pengakuan Dewi, dia minta maaf sama gw, karena sebenarnya dia yang bersalah dalam kejadian kecelakaan tadi, Dewi dengan sengaja menyeberang saat mobil gw melintas, dia bilang pengen bunuh diri.  Wah, sialan nih cw........mau bunuh diri nabrak mobil gw lagi.........  Dewi cerita, kenapa dia sampe mau bunuh diri. Seminggu yang lalu dia menghilangkan motor temennya yang dia pinjam , dan sudah seminggu ini Dewi dikejar-kejar temennya buat minta ganti rugi dan sudah 4 hari ini Dewi bolos karena menghindar dari temennya yang terus-terusan menagih ganti rugi. Dewi bingung, mau dia ganti pake apa, karena ngga mungkin dia cerita sama ortu-nya apalagi minta uang. Lha dia sendiri minta motor sama ortunya aja sejak setahun lalu baru dikasih janji-janji melulu.Dewi sempet minta tolong gw buat bantu cari pemecahan masalahnya, dia bilang sanggup kerja apa aja sepulang sekolah buat mengganti motor temennya yang dia hilangkan. Tapi gw cuma melongo melihat wajah Dewi. Ternyata, nih cewek cakep juga, kulitnya bersih, wajahnya imut dan murah senyum meskipun agak meringis-meringis menahan sakit akibat gw tabrak tadi. Tiba-tiba muncul pikiran setan gw, gimana kalo gw embat aja nih cewek..................  Gw mulai banyak tanya ama Dewi, punya pacar atau ngga, latar belakang keluarganya, kegiatan dia sehari-hari. Tak terasa udah hampir sampe rumah Dewi. Kira-kira kurang lebih 500m dari rumahnya, gw menepi dan menghentikan mobil. Sejenak gw diam, lalu gw bilang ama Dewi kalo gw udah nemu pemecaran masalahnya. Dewi tampak senang, dengan suara penuh penasaran dia tanya, "Apa Om solusinya?" Setelah terdiam sejenak gw bilang, "Tadi Dewi kan bilang mau kerja apa saja buat bayar motor temen Dewi yang hilang, gimana kalo Dewi kerja sama Om aja?" "Kerja apa Om? Berapa bayarannya?", tanya Dewi antusias "Bukan kerja sih, tapi ........", omongan gw terhenti. "Kalo bukan kerja, apa dong Om?', tanya Dewi gak sabar "Ngga deh, paling-paling Dewi ngga mau", jawab gw (tiba-tiba aja gw jadi ragu dan berniat mengurungkan niat setan gw) "Ah Om gitu, tadi katanya punya solusi, sekarang gak jadi, gimana sih Om ini?"' suara Dewi setengah sewot. Saat itu, kembali pikiran gw jadi kotor dan mata gw juga jadi nakal, memjelajah bagian-nagian tubuh Dewi yang saat itu pakai kaos ketat dan rok mini. Tapi buru-buru gw alihkan pandangan sebelum Dewi menyadarinya. "Ah, bodohnya gw kalo sampe gw tidak sempat mencicipi tubuhnya......", pikiran kotorku berbisik "Ayo Om, apa solusinya". tanya Dewi lagi. "OK deh, gini lho Dew, gw sanggup deh bantu Dewi ganti motor temen Dewi yang hilang, asalkan Dewi mau bantu Om"' kata gw "Bantu apa Om?", tanya Dewi "Temenin Om semalam aja" jawab gw "Maksud Om apa?", tanya Dewi "Ah, masak Dewi ngga ngert maksud Om", jawab gw Agak lama Dewi terdiam, dia menunduk, ngga ada jawaban dari Dewi. Setelah 10 menit ngga ada jawaban, akhirnya gw angkat bicara, "Ok deh, lupain aja, Om cuma bercanda kok" "Om, bener tadi itu cuma bercanda?", tanya Dewi "Iya...", jawab gw pendek "Om, kalo Om tadi serius, Dewi mau kok, asal Om janji ganti motor temen Dewi yang Dewi ilangin", Kata Dewi Sesaat gw kaget campur girang, "Ah, ntar Dewi nyesel", kata gw "Sebenernya Dewi ngga mau Om, tapi apa boleh buat, Dewi takut ancaman temen Dewi yang bakal lapor ke p***si" katanya "Jadi, ngga ada jalan lain, Dewi harus ganti tuh motor dan Om mau bantu Dewi", lanjutnya "Bener gak nyesel?", tanya gw sekali lagi untuk memastikan "Bener Om", katanya "Tapi kamu masih perawan kan?", tanya gw lagi "Om bisa buktikan sendiri aja nanti, Dewi masih perawan apa udah ngga", kata Dewi "OK, deh kalo gitu sekarang Dewi ikut Om ya", kata gw "Terserah Om aja deh, asal Om janji gantiin motor yang ilang itu lho", katanya lagi Mobil segera gw pacu menuju salah satu hotel bintang di Surabaya, langganan gw kalo lagi entertain klien atau BO buat gw sendiri. Begitu sampe di area depan pintu lobby, ada petugas parking vallet yang menghampiri dan menyapa, "Selamat malam Pak Garin" "Malam", jawab gw pendek, sambil mengajak Dewi menuju lobby. Disana ada salah satu FO yang udah gw kenal, Imam namanya. "Malam Pak Garin", kata Iman menyapa dengan ramah "Malam Mas Imam", kata gw Sementara gw booking kamar, Dewi menunggu di salah satu kursi dilobby hotel. "Perlu berapa kamar Pak?", tanya Imam "Satu, yang biasanya ya Mas", kata gw lagi  "Baik Pak, silahkan tuggu sebentar, kamar segera kami siapkan", kata Imam Kemudian gw menghampiri Dewi, duduk bersebelahan dengan Dewi, sambil menanyakan lukanya, "Gimana masih sakit kakinya?", tanya gw "Udah agak mendingan Om", jawabnya pendek "Syukurlah kalo gitu, tangannya gimana?", tanya gw lagi "Gak apa-apa Om, kan cuma lecet aja", kata Dewi Tidak lama kemudian, Imam mendatangi kami, "Maaf Pak, kamar sudah siap"' kata Imam "OK, terima kasih Mas Imam", jawab gw pendek Segera kami berdua menuju lift dan gw pencet lantai 3, tempat kamar yang gw pesen. Dewi kelihatan agak gugup dan berusaha meraih tangan gw, rupanya dia minta digandeng. Begitu sampai didepan kamar, petugas cleaning service baru akan meninggalkan kamar, kami berpapasan dan saat itu kunci kamar diserahkan cleaning service ke gw Sampai didalam, gw ngomong sama Dewi kalo gw mau mandi dulu, tapi Dewi mau pinjam HP gw, katanya mau telpon ortunya buat minta ijin tidur dirumah tantenya (sudah menjadi kebiasaan Dewi, untuk tidur dirumah tantenya kalau lagi males pulang, jadi ortunya gak bakalan curiga, begitu kata Dewi). Setelah Dewi nelpon ortunya, gw baru ingat kalo gw juga harus cari alasan buat gak pulang ke rumah. Saat gw berpikir keras cari alasan yang tepat, telepon dari bini gw masuk ke HP gw. Buru-buru gw angkat, "Ada apa Yang?" "Anu Mas, kayaknya kau gak pulang malam ini, tante Dian minta aku buat nungguin dia malam ini", katanya Setengah terpekik kegirangan aku menjawab, "Ah, gak apa-apa kok, ntar kalo aku gak males aku susul kamu ke rumah sakit deh" Wah, kesempatan nih, orang lagi bingung cari alasan, eh.....bini ternyata gak pulang, aman dah gw. Sebelum mandi, gw sempat telepon room service buat pesen makan malam buat gw ama Dewi, setelah pesanan datang, gw bilang ama Dewi kalo laper makan aja duluan, karena gw mau mandi duluan. Setelah mandi, gw liat piring makanan Dewi udah habis dan Dewi lihat acara TV sambil duduk di kursi disudut kamar hotel. Sedang asik makan, giliran Dewi pamit ke kamar mandi, mau mandi katanya. 15 menit berlalu, saat gw udah selesai ama makan gw dan gw coba nonton TV sambil tiduran di tempat tidur. Dewi belum juga keluar dari kamar mandi................. Karena khawatir bakal terjadi yang ngga-ngga ama Dewi (jangan-jangan nih cewek myoba bunuh diri, kan bisa gawat nih), gw coba ketok kamar mandi sambil panggil namanya, "Dew, Dewi, kamu ngga masih lama?" "Om, Dewi ngga mau keluar"' katanya "Lho, kenapa Dew?", tanya gw "Dewi malu, ngga punya baju bersih, baju yang tadi kan kotor, ada bekas darah dan tanah bekas Dewi jatuh", jawabnya "Sudahlah Dew, kan ada handuk besar tuh, pake aja" "Atau disitu kan ada baju mandi, kan bisa Dewi pake", jawab gw "Iya deh Om", jawab Dewi Beberapa saat kemudian Dewi keluar dengan memakai handuk besar, dia keluar sambil berjalan malu-malu. "Nah, kan udah tuh, ngga kelihatan kok, ngapain malu", kata gw Dewi cuma tersenyum. "Lho, handuknya habis kamu pake ya, kan basah, kok pake handuk basah sih buat nutupin badan, ntar masuk angin lho", kata gw Kemudian gw menuju kamar mandi mengambil baju mandi yang tergantung dilemari hotel. "Nih, pake ini aja", kata gw sambil nyerahin baju mandi itu ke Dewi. Dewi menerimanya dan bergegas menuju kamar mandi. Rupanya kamar mandinya ngga ditutup rapat ama Dewi, pikiran jahat gw mulai berperan, "ngintip ah........", hati gw berbisik Sambil berjalan pelan-pelan, gw mendekati pintu kamar mandi dan waw...........sebuah pemandangan yang sangat membangkitkan nafsu kelaki-lakian gw terlihat jelas. Tanpa sehelai benangpun, tubuh Dewi yang bagitu ranum dan segar tampak menggoda didepan gw. Dia tengah mengenakan baju mandi yang gw kasih tadi. Buru-buru gw kembali ke tempat tidur, takut kalo Dewi mergokin gw. Ngga lama kemudian Dewi keluar dan duduk ditepi tempat tidur sambil menikmati lagu-lagu di MTV. Dengan posisi membelakangi gw, pemandagan tubuh Dewi bisa gw nikmati dengan lebih leluasa, beberapa saat gw cuma terdiam menikmati pemandangan indah didepan gw sambil membayangkan enaknya makan perawannya Dewi, hal yang sudah 5 tahun ngga gw lakukan, terakhir gw makan perawan, ya perawan mantan pacar gw yang sekarang sudah jadi bini gw dan lagi sibuk nungguin tante Diana dihari ulang tahun pernikahan kami. Dalam hati gw berpikir, wah tepat 5 tahun yang lalu gw ngerasain enaknya perawan, dan malam ini gw kembali ngerasain enaknya perawan, mungkin ini kado ultah yang diberikan bini gw, hi........hi........hi.......  Mungkin lama-lama Dewi ngerasa juga kalo gw merhatiin dia dari tadi, lantas dia membalikkan badannya dan bertanya "Om, dari tadi kok diam, ada apa?", tanya Dewi "Ah, ngga, kan sama kayak Dewi, liat klip musik di MTV"' kata gw Tapi Dewi mungkin tau, dia cuma tersenyum malu. Rasanya gw udah gak tahan lama-lama nganggurin tubuh Dewi, langsung dari belakang gw sergap tubuhnya, gw peluk dan gw ciumi bertubi-tubi (Saat itu gw ingat, wah kalo bisa diabadikan dan dibagi di [DS] Forum, kan asik juga) Maka gw berhenti dan coba minta kesediaan Dewi buat gw abadikan momen yang penuh mupeng ini buat koleksi gw pribadi dan dia mengangguk. "Asal Om bener-bener bantu Dewi gantiin motor yang hilang itu ya Om", katanya "Iya, pasti gw ganti, Om gak lupa dan gak bakalan boong kok", kata gw  Segera gw ambil kamera gw, yang memang selalu bersama gw (hobby gw fotografi sih, jadi kamera merupakan hal wajib yang selalu gw bawa kemana gw pergi) Setelah siap, langsung gw lanjutin kegiatan gw yang terhenti tadi.........menikmati tubuh Dewi. Gw buka baju mandi yang Dewi pake, dan bener-bener merangsang Dewi, toked-nya bulet menggantung dengan puting yang lumayan panjang dan lingkaran coklat yang lebar..........jantung gw berdetak keras dan nafsu gw mulai naik. Gw ajak Dewi ketengah tempat tidur, dan gw rebahin tubuhnya yang udah telanjang bulat itu, gw mulai menciumi Dewi, seluruh tubuhnya tak satu senti-pun luput dari bibir dan lidah gw, dia mulai terangsang.......... Sampai di depan tokednya, gw lumat abis tokednya yang kanan sambil gw remas toked yang kiri. Terdengar suara lirih mengerang, "Oooo.........oooommmm, aaaaaa........hhhhhh, eeee.......hhhhhhh, eeee......mmmmmmmm, Oooo........oooooommmmm, iya.........aaaahhh....." Gw makin bernafsu mendengar suara rintihan Dewi, sekarang tangan gw mulai turun ke MQ-nya, sambil terus gw emut dan sedot toked dan putingnya kanan kiri bergantian. Gw rada terkejut ketika tangan gw sampe di MQ-nya, bulunya barusan dicukur, terasa ada rambut-rambut halus bekas cukuran yang mau tumbuh di MQ-nya. Mulai gw remas-remas bagian sekitar MQ-nya, kembali suara itu terdengar, "Aaaaaahhhhh...........eeehhhhhhh...........ii ihhh hhh........Oooo.....oooommmm, Dewi geli dan enak Om, Dewi gak kuat, Dewi.......aaaaahhhhhh........." Setelah terasa cukup basah MQ-nya gw mulai ambil posisi buat memasukkan batang kenikmatan gw ke MQ Dewi, setelah gw buka lebar-lebar kakinya, sebelum gw tusukkan batang kenikmatan gw, hidung gw mencium bau cairan MQ Dewi yang bener-bener khas dan bikin makin konak. Segera wajah gw , gw arahin ke MQ-nya, mulai gw ciumin dan jilat MQ Dewi yang terus mengeluarkan cairan wanitanya, suaranya ngga pernah berhenti mengerang, kakinya makin menegang membuka lebar ke samping dan matanya hanya bisa terpejam menikmati lidah gw yang liar menjilat MQ-nya Setelah puas dengan lidah gw, kembali gw ambil posisi buat memasukkan batang kenikmatan gw ke lubang kenikmatan ewi yang bener-bener basah. Saat kepala dari batang gw menyentuh bibir MQ-nya, Dewi menggigit lidahnya sambil tetap terpejam, dan saat kepala dari batang gw masuk semua, suara Dewi agak memekik, "Oooo....ooooommm, sakit" sejenak gw berhenti dan menarik sedikit batang gw dari MQ Dewi, gw main-mainin batang gw dibibir MQ Dewi, setelah Dewi kelihatan agak rileks, gw mulai mencoba memasukkan batang gw kembali ke MQ-nya, "Aaaaa....aaahhhhh, Oooo.....ooommm Dewi udah gak tahan ooo...ooommm, sakit ooo...oommm tapi Dewi pengen" "Dew, tahan sedikit ya, ntar kalo udah masuk semua ngga sakit kok" kata gw menenangkan, "Iya Om, lagi Om.....Dewi mau lagi......"kata Dewi Mendengar kata-kata itu, kesabaran gw tuk berpelan-pelan habis, gw bener-bener dikuasai nafsu, gw langsung masukkan batang kenikmatan gw sepenuhnya dan aaaa....aaahhhhh, suara Dewi agak keras dan panjang. setelah masuk, gw langsung mulai memompa MQ Dewi, mulai dari gerakan palan sampai akhirnya cepat dan memburu. Dewi nampak mencengkeran seprei, matanya terpejam, kepalanya agak mendongan kearah sandaran tempat tidur, sementara kakinya makin terbuka lebar dan terangkat ke udara. Pelan-pelan Dewi mulai mengimbangi dan merespon gerakan memompa gw. Pinggulnya yang ramping dan singset bergerak kiri kanan dan suara erangannya mulai keras dan tak beraturan. Nafasnya memburu seperti juga nafas gw yang memburu, mengejar kenikmatan yang ditawarkan MQ Dewi yang memang bener masih perawan. (Eh, nggak kerasa, kamera gw udah gw taruh sejak tadi, pikiran gw ngga bisa lagi foku buat mengabadikan adegan Kami) Lima menit berlalu, suara erangan Dewi ngga pernah putus, uh.......ah........iya om.........enaaakkkkk..........iya om.............terusin om..........lagi...........ah.........sampai akhirnya Dewi setengah menjerit. Kelihatannya Dewi mencapai orgasmenya yang pertama, air matanya keluar, gw sempet kaget, tapi Dewi rupanya tau, dia bilang "Om, Dewi keluar air mata bukan sedih, tapi ngga tahan ngerasain enaknya goyangan om.......om nakal" Gw makin liar, nafsu gw bener-bener menjadi-jadi, hampir setengah jam Dewi gw pompa, erangannya makin menjadi-jadi, karena malu gw coba masukkan jari gw kemulutnya, eh.......rupanya Dewi memang keenakan, sampe-sampe ngga sadar menggigit jari gw lumayan keras. "Aduh, jangan keras-keras gigitnya Dew", kata gw. Dewi tersenyum, mukanya memerah malu. Beberapa saat kemudian gw ngerasain bakal muncrat, (karena gw gak pake kondom) buru-buru gw tarik batang gw dari MQ Dewi dan gw tumpahin sperma gw di tempat tidur. Setelah itu, kami berpelukan dan tidur sampe pagi.... Pagi jam 6:00, HP gw berbunyi, rupanya bini gw telepon. Tapi gak keburu diangkat udah mati duluan. Gw tunggu beberapa saat, bini gak telepon lagi. Rupanya Dewi juga terbangun dengan suara HP gw. Saat dia mau turun dari tempat tidur, gw tanya, "Mau kemana Dew?" "Mandi Om", jawabnya Tapi rupanya nafsu gw kembali bangkit dan menggelegak ketika gw melihat tubuh Dewi yang bugil dan singset itu, langsung gw tarik tangannya kembali ketempat tidur dan gw lahap bibirnya, kembali Dewi mengerang......."aaahhhhhh ooooo..oommmm, nakal deh", kata Dewi. Pelanpelan gw arahkan tangannya ke arah MQ-nya dan menuntun dia untuk ngobel MQ-nya sendiri. Awalnya agak kaku, tapi itu gak berlangsung lama. Jarinya langsung mencari titik-titik kenikmatan di MQ-nya, gw juga mulai terangsang Akhirnya, gw-pun mulai beraksi menggerayangi toked dan MQ Dewi, setelah beberapa saat, gw bermaksud mengambil posisi diatas Dewi, tapi tiba-tiba Dewi berdiri diatas tempat tidur, sambil ngomong, "Om, Dewi mau coba diatas" Setengah kaget gw langsung kembali rebah ditempat tidur dan setelah itu Dewi langsung ngangkang diatas tubuh gw, sambil memegang batang kenikmatan gw dan mengarahkan ke MQ-nya Dewi perlahan menurunkan pantat-nya dan duduk diatas gw, blessss.......batang gw ambles dalam hangatnya MQ Dewi, jepitannya terasa menggigit belum lagi hangat dan sempitynya lubang MQ Dewi yang bener-bener nikmat.  Belum lagi pemandangan toked Dewi yang montok dan kenceng serta putingnya yang mengeras dan panjang begitu merangsang dan bikin horni gw. Dewi mulai goyang, goyangan cewek yang perawannya barusan gw makan semalam, goyangan cewek yang mulai ketagihan enaknya batang kenikmatan laki-laki. Wuih.........liar banget goyangannya. Gw muali merem melek dibuatnya, ah......lagi Dew, enak Dew........suara dari mulut gw membalas erangan Dewi yang ngga pernah berhenti bilang oooo......oooomm pen** om enak banget.......Dewi ngga kuat ooo.......oooooommm, Dewi mau gini terus oooo.....oooommmm, ayo ooooo......oooooommmmm, lagi.........aaaahhhhh......iya.........aaaahhhhhh .......  Setelah beberapa saat, kembali Dewi mengeluarkan suara keenakannya, tapi kali ini agak keras, "aaaaaaahhhhhhhhh...............oooooo....oooo oooo mmmmmm, eeeeennnnnnn......aaaaaakkkkkkkk.........aaaaaahhh hhh......." Rupanya Dewi orgasme lagi pagi ini. Gak lama kemudian gw juga klimaks dan kembali sperma gw tumpah disprei.  Setelah istirahat beberapa saat, kami mandi bareng dan check-out. Sebelum nganter Dewi ke rumahnya, kami mampir ke ATM buat transfer uang ke rekening Dewi seperti janji gw mengganti motor temen Dewi yang dia ilangin. Setelah sampai di deoan gang rumahnya, Dewi gw turunin, lalu gw langsung pulang. Sampai dirumah gw langsung mandi lagi dan rupanya bini gw juga belum pulang. "Aman dah", kata gw dalam hati. Ternyata dihari ulang tahun pernikahan gw yang ke-5 ini, gw dapet merasakan lagi sensasi tubuh dan MQ perawan yang bener-bener legit dan tak terlupakan.   Terima kasih Dewi, telah kau persembahkan perawanmu padaku dihari spesial kami

Bokep Online - ngentotin pacar

Bokep Online - SMA bookingan

bokep Online - Keasikan Terlentang

Bokep Online - Mirip Artis Indo

Bokep Online - Bokep SMP Hyper Abez

Bokep Online - ABG ngemut Kontol

Bokep Online - Cici Toge Dansa Pamer Toket

bokep online - Amoy si memek pink

Bokep Online - Bokep Sesania

Bokep Online - Gaya Ngentotnya Asik

Bokep Online - Tante Cantik Ketagihan ML

Bokep Online - Dogy Style Sama Cewek Cantik


Bokep Online - Kakaku Nakal

Bokep Online - Pijat Plus Plus

Bokep Online - Tetekmu Gede Bener

Bokep Online - tetangga lagi kesepian

Bokep Online - ABG cantik bertato ngentot di hotel

Bokep Online - Skandal ABG madiun, goyangan mantap

 
Blogger Custom Domain by : Cybernet Web design | Jasa Blogger | Jasa Website
Copyright © 2013 Free Digital Marketing Basics Course - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger